JAKARTA| Kabar Betawi – Pekan Raya Jakarta Kemayoran secara resmi telah dibuka oleh orang nomor satu di Indonesia yaitu presiden Joko Widodo pada Rabu 14 Juni 2023 beberapa hari lalu.

Banyak arena promosi dan stand dari berbagai produk barang dan jasa. Bahkan hampir seluruh produk yang ada semua dihadirkan di area Pekan Raya Jakarta.

Termasuk area ‘Kampoeng Betawi’ yang menyajikan berbagai kuliner khas Betawi seperti Kerak Telor, Dodol Betawi, Soto Mie Betawi, Asinan Betawi, Toge Goreng, Selendang Mayang dan lain sebagainya sebagai kuliner serta pernak pernik khas Betawi.

Namun sangat disayangkan, ditengah megah dan meriahnya Pekan Raya Jakarta tersebut terselip kisah duka yang menganga.

Salah satunya adalah kekecewaan yang diderita oleh H. Isbandi yang biasa membuka stand ‘Kerak Telor’ diarea Pekan Raya Jakarta.

“Saya sudah puluhan tahun membuka stand Kerak Telor di tempat tersebut. Tapi baru kali ini koq tempat yang biasa saya buka dijual kepada pihak lain” ungkap H. Isbandi, Sabtu (14/06/2023).

Dengan nada penuh kecewa, ketua umum Ikatan Keluarga Besar Masyarakat Kemayoran menuturkan kisah perjuangannya mendapatkan tempat di area Pekan Raya Jakarta Kemayoran tersebut.

“Saya dulu yang memperjuangkan bersama beberapa 9 ormas yang ada di Kemayoran termasuk ormas nasional agar Betawi medapatkan jatah tempat di PRJ ini” ungkap ketua umum Ikatan Keluarga Besar Masyarakat Kemayoran tersebut.

“Lalu kita serahkan ke LKB. Dan singkat cerita saat Bamus Betawi dipimpin oleh H. Oding kita sepakat serahkan kepada Bamus Betawi. Dimasa kepemimpinan H. Oding, kita ormas-ormas dapat jatah dari penyelenggaraan Kampoeng Betawi” tegas H. Isbandi.

Masih menurut H. Isbandi, pengelolaan Perkampungan Betawi di Pekan Raya Jakarta Kemayoran merupakan hak mutlak Bamus Betawi dan siapa pelaksananya, selalu berdasarkan SK dari Ketum dan Sekjen. Lalu diadakan pertemuan tekhis dengan ormas-ormas pendukung Bamus Betawi. Tapi untuk tahun 2023 ini, tida ada informasi siapa EO dan atas dasar hukum penugasan nya. Karena Bamus Betawi adalah organisasi resmi.

“Maka yang membuat saya sangat kecewa, tanpa pemberitahuan kepada saya, tahu-tahu lapak saya dijual kepada orang lain” sambung H. Isbandi.

“Selain saya, ada juga yang saat ini tidak ikut berjualan. Yaitu pedagang Soto Mie dan Soto khas Betawi. Karena diminta harus bayar mahal. Padahal dia sudah bertahun-tahun jualan disini” sesal H. Isbandi

Selain H. Isbandi, beberapa pimpinan ormas pun menanyakan prihal tentang pengelolaan area Kampung Betawi yang pada saat ini diserahkan kepada Event Organizer yaitu PT. Lingga Karya Cemerlang.

Salah satunya adalah ketua umum Gerak Betawi Muhamad Yusuf. Organisasi yang didominasi oleh anak-anak Betawi Tanah Abang.

“Kita ingin semua ini dikembalikan kesemula. Yaitu dikelola oleh Bamus Betawi dan melibatkan kami sebagai ormas-ormas pendukung Bamus Betawi” pinta Bang Yus sapaan akrab Muhamad Yusuf.

“Kita mau Kampoeng Betawi ini dikelola secara transparan dan terbuka” sambungnya.

“Jika rugi dimana ruginya, jika untung kita para ormas harus mendapatkan hak dari keuntungan tersebut” lanjutnya menegaskan.

Sementara Farida Listuti selaku LO (Liaison Officer) atau penghubung mengatakan bahwa semuanya sudah diserahkan kepada EO sebagai pengelola Kampoeng Betawi.

“Saya kan hanya sebagai LO” kata Farida, Sabtu (14/06/2023).

“Segala sesuatunya sudah diserahkan kepada EO yang telah ditunjuk oleh Ketum (Ketua Umum Bamus Betawi) sebagai pengelola kawasan Kampoeng Betawi” Farida menjelaskan.

Jalih Pitoeng, yang hadir pada malam pembukaan tersebut juga turut menyesali terjadinya kericuhan tersebut terjadi.

“Saya sengaja hadir kesini untuk memastikan tentang berbagai keluhan kawan-kawan ormas. Dan ini merupakan kewajiban moral saya sebagai anak Betawi Asli” ungkap Jalih Pitoeng, Rabu (14/06/2023).

“Mestinya semua ini tidak terjadi. Jika dilakukan secara tertib administrasi, memenuhi standar prosedur yang disepakati, transparan dan akuntabel dalam menjalankan roda organisasi dan setiap penyelenggaraan apapun. Terlebih yang menyangkut keuangan” kata Jalih Pitoeng.

“Saya juga sangat menyayangkan atas penetapan biaya sewa stand yang begitu mahal” sesal Jalih Pitoeng.

“Bagaimana mungkin kita bisa melestarikan, mempromosikan dan memajukan budaya dan kuliner khas Betawi jika mereka harus dikenakan tarif yang sangat pantastis” sambung Jalih Pitoeng menyesalkan.

“Mohon maaf ini bisa saya sebut sebagai penyimpangan sekaligus penghianatan dari cita-cita luhur yang telah dibangun sebelumnya. Idealnya adalah stand atau tenda-tenda yang ada di area Kampoeng Betawi diberikan kepada ormas-ormas pendukung Bamus Betawi secara cuma-cuma untuk dijadikan ajang promosi guna melestarikan dan memajukan kuliner khas Betawi” pinta Jalih Pitoeng.

Jalih Pitoeng juga berharap agar persoalan tersebut dapat diselesaikan diatas meja perundingan secara internal dan tidak dibawa kedalam perdebatan di meja hijau. Karena terkait dugaan inprosedur dan dugaan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi atas event tersebut bisa saja meluas ke meja pengadilan.

“Semoga dengan kehadiran lembaga adat Majelis Kaum Betawi, semua persoalan seperti ini, Majelis Kaum Betawi bisa mengambil langkah-langkah strategis guna meminimalisir kejadian serupa sekaligus mengembalikan niat dan tujuan serta cita-cita yang hakiki yaitu memajukan budaya Betawi bukan Komersialisasi semata” pungkas Jalih Pitoeng mengingatkan.

Diketahui bahwa untuk dapat berjualan di arena Pekan Raya Jakarta wajib membayar sewa stand atau tenda sebesar Rp. 25-45 juta rupiah. Sebuah angka yang sangat pantastis untuk pedagang kecil khususnya kuliner khas Betawi.

Hingga berita ini diturunkan, kami tim media belum dapat bertemu dan menghubungi pihak EO untuk dimintai keterangan lebih lanjut.(MJ).

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *