JAKARTA, Kabarbetawi – Perhelatan pameran terbesar, terlengkap dan terluas di Asia Tenggara yaitu Pekan Raya Jakarta sudah 2 pekan berlangsung. Semakin memasuki masa liburan sekolah, semakin ramai pula pengunjungnya.
Namun dibalik megah dan meriahnya pesta ulang tahun kota Jakarta ke 496 tersebut, tak luput juga terselip kekecewaan dari salah satu tokoh Betawi.
Matadi sangat kecewa menyaksikan mahalnya harga tiket masuk ke arena Pekan Raya Jakarta, Kemayoran Jakarta Pusat.
“Ini Gila! Tiketnya saja 30 ribu perak. Gimana jajan dan belanja nya” ungkap Matadi, Senin (03/07/2023).
“PRJ ini kan dalam rangka memeriahkan hari jadi kota Jakarta. Masa kita kagak bisa ajak keluarga dan sanak saudara” lanjut Adong panggilan akrab Matadi.
“Sebenarnya, sebagai pimpinan ormas saya ingin mengajak anggota dan keluarga, tapi saat saya minta tiket kepada panitia, cuma dikasih 2 tiket. Artinya hanya buat saya dan istri aja” sesal Adong.
“Pokoknya saya minta Pj Gubernur DKI, Pak Heru Budi Hartono untuk segera meninjau kembali sekaligus melakukan evaluasi atau kebijakan ini” pinta Adong tegas.
Selain mahalnya harga tiket masuk ke PRJ, Ketua Umum KERABAT (Kerukunan Orang Betawi) ini juga sangat menyesalkan tentang banyaknya pihak-pihak yang mengaku anak Betawi tapi tidak peduli terhadap kaum Betawi.
“Banyak saat ini orang ngaku-ngaku anak Betawi, ngaku ormas Betawi lah. Tapi nyatanya kagak mau peduli pada kaum Betawi. Betawi hanya dijadikan objek untuk mencari keuntungan pribadi dan kelompoknya aja” pungkas Adong menyesalkan.
Sementara saat ditemui di kawasan Kampoeng Betawi, yang merupakan bagian dari arena PRJ, Farida Listuti membenarkan adanya keterbatasan tiket untuk para pimpinan ormas.
“Kita penyelenggara Kampoeng Betawi, hanya diberikan sebanyak 450 tiket. Sehingga setiap pimpinan ormas yang akan hadir, kami hanya mampu memberikan 2 tiket saja” kata Farida, Senin (03/07/2023).
Ditanya bagaimana harapan kedepannya tentang fasilitas tiket masuk ke PRJ, wakil Bendahara Umum Bamus Betawi ini berharap ada peningkatan jumlah tiket yang diberikan.
“Ya kita berharap agar kedepan bisa diberi lebih banyak lagi. Agar kita bisa memberikan kepada para pimpinan ormas Betawi yang ingin berkunjung kesini” lanjut Farida.
Farida, selaku LO dalam penyelenggaraan Kampoeng Betawi, juga mengeluhkan bahwa dirinya harus membeli tiket bagi para peserta pengisi acara di Kampoeng Betawi.
“Setiap hari disini selalu ada penampilan seni Budaya Betawi. Sebagai LO saya harus memastikan bahwa, selain penyajian kuliner Betawi, juga harus ada penampilan kesenian dan budaya Betawi” jelas Farida.
“Dan tiket masuk bagi para pengisi acara, terutama para penari yang jumlahnya hingga belasan orang, kita wajib menyiapkannya. Dan itu harus kita beli. Dengan harga yang sama seperti pengunjung lainnya” tutur Farida.
“Bahkan tanpa discount atau potongan sepeserpun” pungkas Farida. *(LI)