“Ke warung Mpok Ci,me beli bihun. Nemenin Si Entong beli es”

“Selamat Milad FBR ke dua puluh dua tahun. Semoga ke depan lebih sukses”

JAKARTA, Kabarbetawi – Nama FBR adalah sesuatu yang istimewa. Sudah mempunyai tempat dihati para generasi muda Betawi, yang terlahir dan dilahirkan dari keluarga besar periode tahun 2000an.

Forum Betawi Rempug sekarang tepat berusia 22 tahun, sejak pertama kali di inisiasi oleh KH. Lutfhi Hakim dan Kyai Fadloli El Munir (alm), ini mampu menjadi rumah besar yang sampai sekarang disayangi ratusan ribu warga Betawi, sekaligus penuh dengan hubungan emosional, doa-doa besar, pengharapan yang mulia dari ratusan ribu anggota dan simpatisannya.

Saya, David Darmawan, putra dari Babe Durry Abdurrahman yang sedari kecil ditanamkan nilai-nilai dan pola asuh ke-Betawian, sebut saja identik dengan giat silat, solat dan mengaji ini sekaligus tak gagap dengan kemajuan dan tantangan di dunia luar.

Tentu semua ialah buah budi dari Babe, dan ketegasan menjaga nilai-nilai di atas yamg sekarang Alhamdulilah bisa saya memetik hikmahnya.

Dengan mampu menjaga amanat dengan dipercaya untuk memegang beberapa organisasi kebaikan untuk saudare-saudare Betawi.

Sebut saja ada sebagai Rais Laskar Suku Betawi, Ketua Umum Betawi Bangkit, Ketua Forum Pengusaha Betawi Bersatu dll.

Saya sepakat dengan pemikiran dari Ayahanda, Guru aye KH Luthfi Hakim, dimana kisah dan kelangsungan dari adanya kita semua, Suku Betawi sebagai tuan rumah kota metropolis Jakarta dan sebelumnya di awal kemerdekaan juga.

Kita sudah berani untuk open, dan toleran dengan keragaman dan cita-cita besar bangsa.

Menjaga tradisi sebagai tema utama milad 22 tahun rumah kita ini, keniscayaan dengan adanya sebuah produktifitas karya dan amal. Sebagai indikator sebuah kreatifitas budaya.

Alhamdulilah lagi, atas arahan para Guru, Babe dan mentor-mentor di sini, aye juga berhasil menyelenggarakan beberapa hajatan budaya, acara-acara untuk memupuk dan meningkatkan skil para muda-mudi Betawi seperti dengan mengadakan acara Festival Betawi Bangkit, ikut mendukung juga Festival Keriaan Betawi Jatinegara, Festival Betawi Muda Bangkit sampai dengan pembuatan portal dan pelatihan konten kreator dan hi-tech dilaboratorium di area SCBD.

Ratusan komunitas Betawi coba dirangkul dan saya sambung silaturahmikan dan bergerak bersama untuk mensukseskan dan mengayomi kegiatan budaya berupa ondel-ondel, maen pukul, bazar kuliner Betawi, sampai dengan penggalangan dana untuk pesantren, juga santunan dan mengumpulkan para pelaku start up dari anak-anak muda.

Dengan kemampuan menjaga tradisi, dalam arti kita juga berdaya saing dan produktif dengan tetap menjaga etika dan karakter khas Betawi, yakinlah identifikasi atau stigma akan kekerasan, malas, kampungan akan menjauh dengan sendirinya.

Berteman dengan sistem sekali lagi seperti amanat Gurunda KH Lutfhi Hakim, lalu goda rayu dan masuklah di sistem itu , agar kita tidak hanya mengeluh dan secara posisi baik politik, ekonomi dan budaya.

Organisasi ke-Betawi-an maupun ketokohan individu Betawi, mengutip lagi kata Prof. Yasmin, haruslah melakukan rekonstruksi sosial sebagai bentuk penguatan sistem kebetawian dalam wadah keadatan dan penempatan para tokoh Betawi yang dalam perkembangannya menyebar pada ragam profesi seiring dengan perkembangan zaman.

Rekonstruksi sosial untuk menjawab perubahan dan ketahan tradisi Betawi yang dikembangkan haruslah berlangsung dua arah: melalui penguatan kelembagaan dan penguatan kelembagaan dengan pelibatan individu atas dasar ragam kekayaan tokoh Betawi.

Tradisi Betawi yang sebenarnya mampu menghasilkan sintesis kebudayaan dengan kekayaan tradisi yang dimiliki. Peluang yang terbuka oleh demokratisasi harus dimanfaatkan dengan mengembangkan berbagai kemungkinan baru. Semua itu bergantung pada bangunan dialog rekonstruksi sosial yang diinginkan kaum Betawi.

Dan ada penegasan, ada relasi penting yang selama ini diabaikan dan terabaikan oleh masyarakat Betawi untuk membangun otonomi dalam pengembangan tradisi Betawi.

Otonomi yang diberikan secara prinsip memberikan hak pada entitas Betawi sebagai suku untuk mengatur organsasi keadatan.

Ini semua seperti penjabaran detail Gurunda KH. Luhfi Hakim, tinggal di tataran pelaksanaan saja dan koordiansi yang telaten dari kita semua. Para pemimpin, dan pembaaharu-pembaharu Betawi zaman now.

Nama-nama seperti Prof. Dailami Firdaus, Haji Oding, Mpok Prof. Sylviana Murni, Dr. Aziz Khafia, Cang Haji Ceppy Tanah Abang, lalu ada Eddie Nalapraya, KH. Abdullah Syafei, Hj Tuti Alawiyah, KH Marullah Matali dan banyak lainnya ialah jaminan paten dan dedikasi tak terbantahkan putra-putra terbaik, untuk sumbangsih Betawi dan nusa bangsa.

Akhir kata, Selamat Milad untuk FBR. Sebuah fenomena, legenda sekaligus rumah besar kita semua yang bersama-sama untuk kita isi dengan perkakas-perkakas rumah tangga yang terbaik, model kepemimpinan rumah tangga yang bijaksana guna mencapai anggota keluarga yang barokah dan sejahtera.

Oleh: David Darmawan

*(LI)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *