JAKARTA, Kabarbetawi – Monumen Bersejarah bagi bangsa Indonesia, Tugu Proklamasi merupakan sebuah monumen yang tak mungkin dapat dilupakan.
Karena pada bulan Ramadhan tepatnya hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia di Proklamasikan kemerdekaannya oleh Soekarno Hatta sebagai proklamator atas nama bangsa Indonesia.
Toni Adam yang hadir pada upacara pengibaran bendera merah putih mengharapkan agar para generasi muda tidak boleh melupakan tonggak sejarah tersebut.
“Kita hadir disini bukan hanya sekedar datang dan mengenang dan mengibarkan bendera saja” ungkap Toni Adam, Minggu (01/10/2023).
“Tapi kita tidak boleh melupakan sejarah ini kemerdekaan bangsa ini” lanjut Toni menegaskan.
Sementara Jalih Pitoeng saat dihubungi awak media juga mengatakan hal yang serupa tentang bagaimana memaknai hari kesaktian Pancasila.
“Pancasila adalah sebuah konsensus para pendiri bangsa dalam rangka membentuk dan menjalankan serta mengelola sebuah negara” kata Jalih Pitoeng mengingatkan.
Kedua tokoh yang terlibat dalam panitia penyelenggara “Sumpah Janji Setia Kepada Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia” bagi para Bakal Calon Presiden dan Para Bakal Calon Wakil Presiden inipun menegaskan bahwa Pancasila harus diterapkan secara konsisten, murni dan konsekwen.
“Kerancuan yang terjadi saat ini merupakan dampak dari sebuah penyimpangan dan penghianatan terhadap cita-cita luhur kita dalam berbangsa dan bernegara” ungkap Jalih Pitoeng.
“Terlebih pasca Reformasi dimana konstitusi bernegara kita telah empat kali dilakukan amandemen” lanjut Jalih Pitoeng menegaskan.
Disinggung tentang pristiwa yang menimpa rakyat Melayu Rempang, aktivis yang masih konsisten berjuang membela kepentingan rakyat ini mengatakan bahwa itulah hasil dari sebuah penyimpangan Pancasila.
“Pancasila adalah falsafah hidup bangsa kita. Semua itu dituangkan dalam naskah UUD 18 Agustus 1945 sebagai pijakan kita berbangsa dan bernegara” ungkap Jalih Pitoeng.
“Rempang hanya salah satu contoh dari sekian banyak fenomena yang terjadi bahkan yang belum terjadi” Jalih Pitoeng mengingatkan.
Selain itu, sebagai sosok yang juga faham tentang dunia property dan pengembangan kawasan, pemikik Jacindo Group ini juga menyesalkan proses yang tidak mengedepankan pengembangan kawasan ekonomi yang berdasarkan Pancasila.
Dicecar berbagai pertanyaan tentang apa yang dilakukan di Rempang adalah sebuah pembangunan kawasan demi peningkatan investasi, aktivis kritis Betawi ini justru membandingkan dengan Colonial Belanda dimasa lalu.
“Jika hanya beralasan peningkatan investasi, dulu Belanda juga melakukan investasi jutaan golden yang lebih tinggi dari investasi saat ini jika kita konversi kepada nilai rupiah saat ini” Jalih Pitoeng membuka cara berpikir yang equal.
“Artinya, tujuan berbangsa dan bernegara bukan sekedar membangun proyek-proyek mercusuar, tapi tidak mengindahkan nilai-nilai luhur Pancasila” tegas Jalih Pitoeng.
“Jadi seluruh aturan, hukum dan perundang-undangan serta pembangunan bangsa wajib hukumnya harus berorientasi pada keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia” lanjut Jalih Pitoeng menegaskan.
“Oleh karena itulah kami dari Aliansi Selematkan Indonesia berencana mengundang seluruh para Bacapres dan Bacawapres untuk membacakan dan menandatangani Sumpah Janji Setia terhadap Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai falsafah Pancasila. Dan inilah selama ini saya gaungkan dengan istilah Re-Proklamasi” ungkapnya.
“Artinya bahwa jika Indonesia mau maju, berkembang dan berdaulat harus kembali pada tata kelola serta sistem bernegara berdasarkan PANCASILA” pungkas Jalih Pitoeng. *(LI)