JAKARTA |KabarBetawi – Sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya, SIB (Seniman Intelektual Betawi) selalu menggelar diskusi Publik dan Gebyar Budaya Betawi. Pada penghujung tahun 2023 ini SIB menggelar kembali dengan mengusung tema “Peran Budaya Betawi Pasca Jakarta Tak Lagi Menjadi Ibukota” di Aula Museum Bahari, Jl. Pasar Ikan, Penjaringan Jakarta Utara, Minggu 5 November 2023.

Sebagai salah satu nara sumber, Jalih Pitoeng menyampaikan 3 hal penting dalam diskusi tersebut. Terutama tentang pelestarian dan pengembangan seni budaya Betawi, Pengembangan Ekonomi serta masalah Sosial Politik.

Terkait seni budaya, aktivis dan pemerhati budaya Betawi inipun menyampaikan pentingnya upaya pelestarian dan pengembangan seni budaya Betawi. Termasuk perhatian khusus terhadap para pelaku seni dan budaya Betawi.

Rangkuman acara diskusi Publik dan Gebyar Budaya Betawi.

“Kita sangat berterimakasih kepada Bang Tahyudin selaku ketua umum Seniman Intelektual Betawi yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian dan pengembangan seni dan budaya Betawi termasuk kepeduliannya terhadap para pelaku seni dan budaya Betawi” ungkap Jalih Pitoeng, Minggu (05/11/2023).

Tentang pengembangan potensi ekonomi ditanah Betawi, Jalih Pitoeng juga menyampaikan bagaimana upaya para anak-anak Betawi untuk meningkatkan seni budaya Betawi menjadi sebuah komoditas ekonomi dibidang seni dan budaya pada sektor pariwisata. Termasuk upaya pengenalan dan pengembangan kuliner dan penganan khas Betawi agar dapat menjadi daya tarik para wisatawan. Baik lokal, nasional maupun wisatawan internasional.

Untuk itu, didalam diskusi yang dipandu oleh Rudi Maulana tersebut Jalih Pitoeng mengharapkan agar terus dilakukan eksplorasi dan promosi seni budaya agar menjadi sebuah industri kreatif dibidang seni dan budaya Betawi.

“Untuk itu, saya mengajak dan bermohon agar kita terus menggali, melestarikan dan mengembangkan seni budaya Betawi sebagai warisan para leluhur kita” pinta Jalih Pitoeng.

“Terutama kepada para jawara-jawara, sanggar-sanggar seni budaya seperti Gambang Kromong, Lenong, Kroncong, Tari-tarian, Palang Pintu serta Pencak Silat sebagaimana yang tadi kita saksikan bersama penampilan mereka” sambung Jalih Pitoeng mengingatkan.

“Dan apa yang tadi disampaikan oleh Doktor Usni Hasanudin mengenai Rancangan Undang-Undang tentang penguatan kebudayaan Betawi, mari kita dukung demi kemajuan Betawi” ajak Jalih Pitoeng.

Dalam rangka mengingatkan kita tentang hari Sumpah Pemuda dan menyambut hari Pahlawan 10 November mendatang, Jalih Pitoeng juga menyampaikan bahwa selain Betawi memiliki budaya yang santun, permisif dan akomodatif terhadap para pendatang, Jalih Pitoeng juga mengingatkan bahwa Betawi memiliki budaya patriotisme.

“Kita di Betawi ini, selain memiliki seni dan budaya, kita juga memiliki budaya patriotik yang diwariskan oleh para leluhur kita” kata Jalih Pitoeng, Minggu (05/11/2023).

“Seperti pada masa-masa perjuangan pra kemerdekaan” imbuh Jalih Pitoeng.

“Sebut saja misalnya kisah perjuangan rakyat si Pitung yang begitu melegenda, kemudian Mohamad Husni Thamrin. Sosok pemuda Betawi yang mendirikan organisasi Perkumpulan Kaum Betawi pada jelang Sumpah Pemuda 1928, KH. Noer Ali serta KH. Darip pemimpin laskar perjuangan rakyat yang dikenal dekat dengan Bung Karno serta tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa sebagai penerima anugerah Satriya Purnayudha jaya sekaligus ditetapkan sebagai pahlawan nasional” papar Jalih Pitoeng.

“Artinya bahwa Betawi ini memang memiliki darah pejuang dan budaya Patriotisme” Jalih Pitoeng menegaskan.

“Maka Jakarta, selain berpedikat sebagai ibukota, juga merupakan kota perjuangan. Dimana Indonesia juga secara historis di merdekakan di Jakarta. Tepatnya di Jl. Pegangsaan No. 56 Jakarta Pusat, disitulah Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan” Jalih Pitoeng mengingatkan.

Terkait masalah politik menjelang pemilu, aktivis yang kritis ini juga meminta kepada seluruh calon presiden untuk dapat memberikan pencerahan kepada seluruh tim pemenangan, relawan dan simpatisannya untuk menciptakan pemilu yang sejuk, damai dan jurdil.

“Dalam kesempatan yang singkat ini saya meminta bahkan bermohon kepada seluruh calon presiden untuk dapat memberikan pencerahan kepada seluruh tim pemenangan, relawan dan simpatisannya untuk menciptakan pemilu yang sejuk, damai dan jurdil. Agar kita tidak mengalami masa kelam seperti yang pernah kita alami pada Pemilu 2019 yang lalu” pinta Jalih Pitoeng.

Mengenai usulan rancangan undang-undang tentang kemajuan budaya Betawi terutama pasca Jakarta tidak lagi menjadi ibukota, Jalih Pitoeng meminta kepada semua partai yang ada diparlemen untuk mendukung upaya tersebut.

“Betawi ini punya potensi yang sangat signifikan secara politis. Terlebih dalam menghadapi Pemilu saat ini. Kita punya 6,8 juta yang tersebar diseluruh Indonesia” Jalih Pitoeng mengingatkan.

“Oleh karena itu, selaku anak Betawi saya meminta agar partai-partai politik yang ada di parlemen untuk mendukung dan mendorong guna percepatan penerbitan rancangan undang-undang penguatan Budaya Betawi yang sedang diperjuangkan oleh Majelis Kaum Betawi dibawah pimpinan Bang Aji Marullah Matali melalui Profesor Dailami Firdaus bersama Doktor Usni dkk menjadi undang-undang” pinta Jalih Pitoeng.

“Jika dipandang perlu, saya siap memimpin aksi besar-besaran ke DPR MPR guna mendorong percepatan penerbitan undang-undang tersebut” sambung Jalih Pitoeng disambut takbir oleh para peserta diskusi.

“Karena kita kaum Betawi punya 6,8 juta kurang lebih suara pemilih pada Pemilu kali ini. Baik Pilpres maupun Pileg. Artinya kita punya bargaining position yang signifikan untuk diperhatikan” Jalih Pitoeng menegaskan.

“Oleh karena itu saya mengajak seluruh anak Betawi untuk bersatu padu dalam menyatukan seluruh potensi yang ada guna kemajuan Betawi dalam menyambut Jakarta tidak lagi menjadi ibukota” pungkas Jalih Pitoeng. (MJ).

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *